Jumat, 17 Desember 2010

Dan.. Siapakah Pemenangnya?

Pagi ini cerah sekali. Sinar matahari pagi yang hangat, angin bertiup kencang. Barangkali ini yang disebut oleh orang dari belahan lintang yang lain sebagai musim gugur. Tapi, masa musim itu bergeser ke Bandung? Pertanyaan bodoh itulah yang terlintas di otakku pagi ini. Cukuplah bahan itu buat menertawakan diriku sendiri. Hahaha..

Otak ini memang harus selalu berjalan, namun tak perlu diri ini dikuasai semuanya oleh otak. Masih ada yang namanya hati. Tanpa otak, barangkali takkan ada pemikiran-pemikiran brilian di dunia ini. Tanpa hati, mungkin takkan ada rasa damai di dunia ini (dan juga rasa benci) :D

Tetapi bukankah tiap orang mempunyai keduanya? Meskipun aku bukanlah pencipta keduanya, namun aku yakin kalau keduanya memang tercipta untuk berjalan bersama. Entah siapa yang harusnya terlebih besar diantaranya, tapi keduanya tercipta bukan untuk yang satu mendominasi yang lainnya.

Kenyataan lain yang membutuhkan keduanya, ketika di dengung-dengungkan akan pentingnya pendidikan di negeri ini. Banyak pendapat yang mempertanyakan pendidikan macam apa yang terbaik bagi anak bangsa. Pendidikan macam membentuk otak hingga berkerut-kerut (teringat cerita otak Einstein yang tak laku dijual karena terlalu sering dipakai:D). Pendidikan macam membentuk empati bagi sekitar dan bertindak untuk sekitar. Atau keduanya diperlukan dalam pendidikan (dan pembelajaran) bagi kita semua. Ah.. Akan terlalu panjang perdebatan kita tentang hal-hal macam ini. Untuk hal yang lebih kecil (meskipun besar juga) seperti Universitas BHP saja perdebatannya sangat memakan waktu lama. Apalagi perdebatan tentang pendidikan macam mana yang terbaik. Sekedar catatan, bagiku, pendidikan terbaik untuk Indonesia bukanlah pendidikan macam Eropa, Amerika, Australia, Asia Timur, Afrika atau bahkan Atlantis; tetapi pendidikan Indonesia lah yang terbaik untuk Indonesia. Boleh kita ambil banyak baca tentang apa yang mereka semua punya, tetapi jangan lupa kalau yang mereka punya pun adalah yang terbaik bagi mereka..
(lagi-lagi saat menulis sedikit apa yang ada dalam pikiran, selalu terbawa emosional akan bangsa ini)

Itu baru tentang pendidikan, belum lagi bahasan tentang cinta dan kasih. Pokok bahasan yang tak terdefinisi dengan jelas. Pasti akan semakin membingungkan. Dan saat ini hanya bisa bertanya dalam hati, "Apakah kasih harus kita pikirkan dan rasakan? Apakah kasih harus selalu menggunakan otak dan hati?". Hanya bisa bertanya dalam hati.. (kalau ditanya ke orang, lagi-lagi bakal ada diskusi berbasis pribadi lepas pribadi. hehehe..)

Dan langit siang inipun kembali cerah, dengan awan hitam yang sedang menuju kemari..
Alangkah ekstrimnya cuaca ini, se ekstrim otak dan hati kah?

*berhatilah saat menggunakan otak dan berotaklah saat menggunakan hati.. :D

Rabu, 15 Desember 2010

Pilihanku: Kopi Dingin

Angin malam ini masih berhembus kencang, seperti beberapa malam sebelumnya. Uap kopi panas menemani malamku kali ini. Aku tak bermasalah dengan angin malam ini, hanya saja jangan biarkan kopi di tanganku menjadi cepat dingin, hai angin..

Kulihat ke langit atas. Hitam. Berhias beberapa bintang yang bersinar terang. Aku teringat akan cerita tentang Bintang Timur. Mungkin ada beberapa dari kita yang sudah pernah cerita sebelumnya. Tak usahlah aku ceritakan kisah itu. Namun ada satu pertanyaan dalam hatiku saat ini, "Mengapa sang Bintang Timur memilih untuk menyinari bumi?" Sebenarnya boleh lah kalau bintang itu memilih untuk tak menyinari bumi. Bahkan, mungkin, dia boleh memilih untuk tak bersinar sama sekali. Tetapi, saat ini sinarnya telah sampai di bumi. Dan kunikmati..

"Kau punya pilihan. Tiap manusia punya pilihan. Dan kau berhak untuk memilih apapun, dengan segala pertimbangan dan tanggung jawabnya." begitu kira-kira seorang kawan berkata padaku tentang hidup ini. Tak dapat kusangkal. Aku sepakat. Bukan karena kawanku yang bijak ini yang berbicara, namun memang seperti itulah pendapatku tentang hidup ini. Bagiku hidup ini adalah pilihan. Pilihan untuk melakukan sesuatu dan untuk tidak melakukan sesuatu. Pilihan untuk melangkah maju atau mundur. Bahkan, pilihan untuk memilih atau tidak. Dan untuk itulah manusia diberi kehendak bebas.

Kehendak bebas atas anugerah (kalau boleh kusebut seperti ini) untuk memilih ini sangat berat karena engkau yang memilih akan menerima tanggung jawab atas pilihan itu. Kau bisa (dan boleh) memilih untuk mempunyai impian atau tidak. Tapi aku yakin kalau tiap manusia mempunyai impian dan harapan di masa depan. Tanpa harapan ini, tidak ada guna lagi kehidupan. Lagi-lagi itu hanya pemikiran dari otakku yang sempit ini :)

Ketika kita mempunyai harapan, kita pun dapat memilih apakah kita akan mewujudkan impian kita itu atau tidak. Aku, kau, kita boleh memilih untuk memperjuangkan mimpi yang diberikan pada kita atau memperjuangkan hal lain. Tapi, ingat, perjuangan wujudkan mimpi adalah hakekat manusia, di luar itu adalah kemunafikan. Bisakah engkau punya mimpi tetapi tidak berani berjuang untuk mendapatkannya? Jangan pernah menyesal tidak mendapatkan impianmu karena kau tidak berjuang dengan baik. Tugas kita hanya berjuang, dan hasil di tangan sang empunya 'pemberi hasil perjuangan'. Apapun hasilnya, itulah hasil perjuanganmu, dan itu takkan sia-sia..

Apa yang kau tanam, itulah yang akan kau tuai..

*ah, sudah dingin kopi ku.. (sebuah konsekuensi dari pilihan atas adanya tulisan ini) :D

Bandung, 10 hari menjelang datangnya peringatan akan Dia yang memilih untuk wafat bagiku.

Selasa, 14 Desember 2010

Mimpi Bukanlah Sekedar Mimpi

Hari ini aku tahu kalau waktuku dengannya tak akan lama lagi. Beribu rasa yang tercipta ketika kudengar penyataan itu dari dia. Bukan aku tak siap dengan kondisi itu, tetapi bagiku pernyataan itu datang terlalu cepat. Terlalu cepat karena aku tahu kalau banyak impian kami yang belum sempat terwujud. Dan impian kami itu adalah janji bagiku.
Tak cukup banyak waktu untuk wujudkan apa yang ada dalam benak kami..

Duduk di atas sebuah kursi di tepi bangunan di tusuk sate jalan di dalam kampus ini. Mencoba memahami apa itu sebuah impian. Barangkali dulu Soekarno pernah merenung di tempat yang sama. Mungkin bukan mencapai proklamasi Indonesia, tetapi mencapai kemerdekaan sebagai suatu bangsa. Entah, itu hanya dalam bayanganku belaka. Tapi setidaknya, aku yakin kalau di tempat yang sama inilah beliau punya impian atas dirinya dan bangsa ini.

Aku bertanya dalam hati, "Apa yang Soekarno akan lakukan jika tahu bahwa waktu yang dia punya terlalu sempit untuk wujudkan impiannya?". Akankah menyerah atau tetap berusaha wujudkan tekadnya? Di tempat yang sama inilah aku selalu diajarkan bahwa kerasnya hidup takkan dapat kalahkan kerasnya hati. Dan sekarang impianku jadi obyek akan pernyataan itu. Kembali ku merenung..

Keinginan kami tidak mustahil untuk dilakukan. Tetapi aku mengenal dia. Dia yang adalah seorang tangguh dan hebat, tetap membutuhkan seorang hebat untuk wujudkan apa yang ada di benaknya. Mimpi takkan dapat terwujud jika tidak ada perjuangan. Dan aku selalu ada untuk berjuang bersamanya. Entah dia menyadari atau tidak..

Aku mengenal dia sebagai sosok yang mempunyai tujuan yang mantap, tetapi aku juga mengenal dia sebagai pribadi yang mudah tergoyahkan dalam perjalanan hidupnya. Itu yang terkadang membuat dia tak mampu melangkah dengan keyakinan yang dia miliki. Aku coba memahami hidupnya dan membuat tiap langkahnya tegap, tapi aku tak melihat kepercayaannya padaku. Kembali aku merenungkannya..

Aku punya mimpi. Dan aku percaya bahwa mimpiku akan tercapai. Aku yakini itu di dalam diriku dan di dalam Tuhanku. Dan aku tahu bahwa mimpi itu akan datang melalui perjuangan. Aku tahu perjuangan itu mahal harganya, tetapi aku juga tahu kalau mimpi itu tak ternilai harganya. Aku hanya ingin wujudkan apa yang telah diberikan padaku..

Aku pun ingin engkau begitu..

Sepi di jalan ini. Dan kampus ini serasa tak ada kehidupan. Entah apa mimpi para pendiri kampus ini, hingga kampus ini serasa tak mampu menahan mimpi yang diberikan padanya, padahal telah dibagikan kepada manusia-manusia di dalamnya tetapi seperti tidak cukup. Datanglah ke sini hai manusia-manusia terbaik bangsa(?)! Akan beroleh kita impian akan datangnya kedamaian di negeri ini.
Dan kita akan berjuang! Bersama!

*Untuk engkau yang selalu menangis dan menyendiri dalam sepi, aku hanya ingin berkata kalau kau tak pernah sendiri. Jangan hilang mimpimu, dan mari berjuang. Aku ada disini.. dalam sepi..

Rabu, 24 November 2010

Melati di Ujung Makna

pernah aku melihat penderitaan
ketika datang, aku tak tahu dimana kebahagiaan
apakah kebahagiaan itu hanya janji
janji dari dalam perut bumi

hai angin
beritakan padaku
sebuah kisah tentang kedamaian
meskipun sedikit, barangkali aku perlu untuk mendengarnya

ketika aku berpikir
ketika aku berkata
ketika aku berlaku
dan semuanya itu tidak menjadi satu, apakah itu kemunafikan

dalam sendiri aku tertawa
dalam sendiripun aku menikmatinya
apakah aku ini adalah aku
yang hidup tanpa yang lain

berikan aku jawaban dari surga
tentang arti di dalam makna
yang memberi aku kehidupan
tanpa sedikit waktu untuk berpaling

melati tetaplah akan mekar
jangan berubah harum mu
tanpa hias, asa, dan bersama
selalu rindumu

Bubur Ayam, Adakah yang Salah dengan Kondisi Ini?

Flu macam malam ini sudah beberapa hari bersarang di dalam hidungku. Kalau sudah badan brasa ga enak begini, aku jadi kangen sama bubur di sudirman. Entah mengapa, kalau sudah makan disana, perasaan jadi lebih baekan ni sakit. Mungkin ini mirip sama sugesti kalo kita ke dokter. Hehehe..
Dua malam berturut-turut aku ke tempat bubur ayam itu tapi jodoh tak kunjung tiba. Hari pertama, aku telat dateng. Si penjualnya udah pulang (secara datengnya juga jam 10.edan!!). Hari kedua, pas banget nyampe sana langsung dibilang sama tukang jualnya "dah habis aak". Damn, ga tau apa aku lagi butuh sugesti biar sehat. Wkwk.. Akhirnya hari ini, sengaja, aku dateng jam 7 malem. Mau hujan menerpa, pokoknya malem ini harus makan bubur (ngidam critanya). And akhirnya, makan juga aku disana plus dibungkus satu plus jeruk murni 2 gelas. Lengkaplah sudah ngidam beberapa hari ini. Semoga sugesti ini bikin cepet baekan (kemaren2 marahan sama flu.haha..)

Kususuri jalan gelap belakang stasiun. Iseng, kubelokan motorku ke kanan. Kulalui jalan ABC di malam hari. Sekedar melihat jalan yang sudah lama tak kulalui (dulu sering banget makan ke c'mar.hehe..). Tapi jalan ini masih sepi dari 'pemandangan malam'nya. Entah karena masih hujan atau waktu yang masih kurang malam. Akhirnya kuputuskan pulang..

Bubur ayam ini sudah ada di depan mataku. Kusantap pelan-pelan sambil kunyalakan tv. Tepat di depan layar kacaku, kulihat sedang ada acara diskusi antara lembaga (entah, lupa aku) independen tenaga kerja dengan anggota dpr yang berbincang diantara keluarga dan penduduk di rumah salah satu tenaga kerja wanita yang belum lama ini dibunuh di arab sana. Terlihat mereka berdua berdebat diantara warga yang sedang sedih. Berdua mereka ngotot-ngototan mengenai peraturan tenaga kerja. Sementara mereka berdebat, terlihat penduduk yang ga tau apa-apa tentang peraturan hanya plonga-plongo. Tolong dulu.. Ada tempat dimana kita berdebat, bapak-bapak ibu-ibu.. Memang rakyat harus tahu apa yang dipersoalkan, tapi bukan dengan cara berdebat di waktu dan tempat yang tak tepat.

Teringat aku akan percakapan tadi sore dengan salah satu adek tingkatku mengenai sistem organisasi. Jarang aku datang ke himpunan yang dulu sering kusantroni, tapi saat tadi tiba-tiba hujan datang, aku berteduh, dan terjadilah percakapan itu. Aku teringat percakapan sore tadi mengenai sistem yang sedang terjadi di himpunan. Aku pikir sistem itu adalah yang terjadi sekarang. Mengenai ada rancangan sistem atau tidak, kujawab ada. Tetapi selama rancangan itu tidak dijalankan, tentunya hanya akan menjadi rancangan, tidak akan menjadi sebuah sistem. Dan ketika ada sebuah rancangan yang telah dirancang sebagus mungkin tetapi tidak dilaksanakan, dan sistem yang sedang berjalan sekarang ini kacau (tidak sesuai dengan apa yang seharusnya), maka tidak akan ada gunanya sistem tersebut dan otak-otak para pembikin rancangan itu. Dan ketika manusia-manusia yang berada di dalam sistem yang ada sekarang tidak menyadari bahwa ada yang salah (mungkin sekedar merasa ada yang salah tetapi tidak sadar akan kesalahan sistem), maka sistem itu akan tetap berjalan terus. Salahkah itu?

Diskusi di televisi ini mengingatkanku tentang sistem, rancangan sistem dan pelakunya. Salahkah ketika aku bilang tidak ada sistem yang jelas di negara ini? Atau hanya aku yang terkungkung dalam pikiranku sendiri hingga melihat segalanya kacau di negeri ini? Terkadang aku ingin bertanya kepada orang-orang di ujung sana, apakah kita punya rancangan sistem untuk kondisi ini lebih baik? Tidak masalahkah kita berada dalam kondisi kacau seperti ini?

Kalau sistem salah, kita perbaiki sistemnya. Kalau tidak ada rancangannya, kita rancang bersama. Kalau rancangannya belum terlaksana, kita laksanakan. Jangan kondisi ini yang kacau, lalu kita hanya menumbalkan 'korban' sistem yang ada. Kembali aku teringat pada tenaga kerja Indonesia (yang lagi hot diperdebatkan) dan 'pemandangan malam' tadi, haruskah kalian menjadi korban dari suatu kekacauan negeri ini?

Kepada siapa aku harus bertanya tentang semua ini?
Hanya ada waktu merenung bersama bubur ayam ini..
**Lanjut lagi makan buburnya.. (meskipun jadi berasa lebih berat) :)

Kamis, 22 Juli 2010

Jalan-Nya, bukan jalanku

Bahkan ketika matahari sedang sembunyi,

kita diberi bulan untuk menikmati malam

Terkadang bulan pun tak ada diantara malam,

gelap pun akan mejadi teman kita.



Karena janji-Nya bukan matahari, bulan atau lainnya;

namun hati kita.



“Jalan-Nya, bukan jalanku”

Give Thanks




** tulisanku sendiri untuk seorang sahabat, yang telah mengingatkanku sendiri pada hari ini. thanks, nit**

GOD is a director

“Why do you create us differently if You only want to be worshipped in one way?

Cina and Annisa love God
and God loves them both
But Cina and Annisa cannot love each other
because they call God by different names

**synopsis:cin(T)a**



beberapa kali melewatkan waktu dengan film ini sungguh tak mudah. tetapi apa daya, justru keunikan dan kehidupan sehari-hari yang ditampilkan bikin aku selalu tertarik untuk nonton berkali-kali.

film ini kutonton sampai selesai sekitar beberapa bulan yang lalu. kemudian, di nonton-nonton berikutnya, aku selalu tak suka dengan bagian akhir ceritanya. nggak happy ending banget sih. emang di kenyataan, hal begini ini nih yang selalu terjadi. tapi apa harus tetap begitu akhir ceritanya?

tetapi film ini (termasuk bagian akhirnya) barangkali memang diceritakan sesuai dengan kebanyakan kejadian di kehidupan sehari-hari ini. cerita dengan tokoh seorang laki-laki, seorang perempuan, dan TUHAN; selalu menjadi bagian dalam kehidupan manusia yang unik.

meskipun ga suka dengan bagian akhir ceritanya, tetapi inilah jalan yang harus ditempuh. dari cinta segitiga antara Tuhan-perempuan-lakilaki; ternyata pemenangnya adalah TUHAN. bagiku, inilah yang menunjukkan bahwa GOD is a director.


mau suka atau ga suka, lo tetep terima yang terbaik.. :D

...

...

Terdiam..
tidak berarti tanpa makna
tetapi hanya rangkaian arti dalam kata
di dalam jiwa

Terdiam..
bukanlah rasa sedih, yang harus sendiri
terkadang tersimpan tawa
di dalam hati

Terdiam..
berbeda dengan amarah
meski hanya bisu
namun itulah cinta

Terdiam..
bukan berarti hilang
seringkali hanya menarik diri
di dalam hidup ini

Terdiam..
bukan berarti berpaling
tapi memberi waktu
untuk dihampiri

Terdiam..
berisi sakit dan sepi
namun penuh rasa
yang sedang berjuang

...
...
...
...


.....

Kamis, 01 Juli 2010

Hukum Truk Sampah

Sudah enam bulan tanpa tulis atau lihat blog ini. Bukan tanpa keinginan untuk menulis, tapi banyak hal yang terjadi dan selalu 'numpuk' di pikiran jadi makin bingung untuk menulis. hehe..

Ini ada artikel yang aku dapat dari sebuah milis, ceritanya & isinya ngingetin buat kejadian beberapa tahun yang lalu. cekidot..

---
HUKUM TRUK SAMPAH

Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara.
Kami melaju pd jalur yg benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dr tempat parkir tepat di depan kami.
Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.
Pengemudi mobil hitam tsb mengeluarkan kepalanya & memaki ke arah kami.
Supir taxi hanya tersenyum & melambai pada orang tersebut.
Saya sangat heran dgn sikapnya yg bersahabat.
Saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!"

Saat itulah saya belajar dr supir taxi tsb mengenai apa yg saya kemudian sebut "Hukum Truk Sampah".

Ia menjelaskan bahwa byk orang seperti truk sampah.
Mrk berjalan keliling membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan, kekecewaan.
Seiring dgn semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat utk membuangnya, & seringkali mereka membuangnya kpd anda.
Jgn ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup.

Jgn ambil sampah mereka utk kembali membuangnya kpd orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah atau dlm perjalanan.

Intinya, orang yg sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dgn merusak suasana hati.

Hidup ini terlalu singkat utk bantgun di pagi hari dgn penyesalan, maka kasihilah orang yg memperlakukan anda dgn benar, berdoalah bagi yg tidak.

Hidup itu 10% mengenai apa yg kau buat dengannya dan 90% ttg bagaimana kamu menghadapinya.
Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi ttg bagaimana belajar menari dlm hujan.
---
diambil dari milis SSK 27/6/10