Jumat, 30 September 2011

need you

i'm still in room that i arrived seven years ago.
alone. although i know that you are there beside me.
you know about me, my plan, my life, everything.
but i just want to know whether you listen to me.

i don't have enough strength on my first step.
it's very important to achieve my desire.
but the street in front me is still dark.
i need you, more.

Sabtu, 24 September 2011

Nasib Sang Kuning yang Berbalut Hitam

Bandung, ketika malam akan berakhir..
Telah kulakukan apa yang harus kulakukan. Dia telah kembali ke tempat yang seharusnya. Bukan berada di tangan seseorang sepertiku, meskipun benar adanya aku dan dia saling memiliki. Aku hanya menjaganya sebentar saja, seperti dahulu yang pernah kulakukan dalam masaku bersamanya. Yang jadi pembeda kali ini adalah aku mencurinya dari kebinasaan akan sebuah harga suatu hubungan, tak bisa hati ini menerima perlakuan terhadapnya kala itu.
Mungkin memang terjadi jurang pemikiran yang sangat lebar diantara aku dan kau, namun bukan alasan untuk dapat memberikan suatu rasa yang sama terhadap dia. Aku melihat bahwa rasa yang kau berikan padamu tak sebesar rasa yang dia berikan padamu. Yang aku lihat, ketika aku kembalikan dia padamu pagi ini, adalah kau sepertinya tidak bahagia dengan hadirnya kembali (semoga saja hal ini salah). Bahkan tak ada kalimat terima kasih ketika menerimanya kembali, apalagi kalimat maaf. Aku tak tahu apakah kau merasa bersalah atau tidak. Aku tak tahu apakah kau bersyukur atau tidak. Namun yang dapat ku tahu hanyalah bahwa kau tak pernah ucapkan itu semua. Memang tak wajib, tapi bagiku itu dapat gambarkan apa yang ada antara kau dan dia. 
Bukankah kita pernah diberikan rasa yang sama oleh dia? Bukankah kita masing-masing pernah berjalan bersamanya? Tetapi mengapa kita berbeda dalam hal rasa? Bukankah itu suatu hal yang sebenarnya mustahil terjadi? Aku yakin bahwa ini hanya masalah waktu. Mungkin hanya masalah waktu yang berjalan supaya kau dapat memberikan rasa sesuai dengan yang seharusnya. Tak mudah memang..
Jangan pernah ucapkan kata tentang rasa ketika kau tak pernah mengalaminya. Jangan pernah ucapkan didalammu adalah satu ketika memang diantaramu tak pernah ada keinginan untuk satu. Jangan pernah ucapkan apapun ketika kau tak pernah melakukannya. Karena ucapan adalah perwujudan dari pemikiran, dan janji dari perbuatan.
*pas ketika matahari terbit di ufuk timur, aku bertanya dalam hatiku, masih adakah harapan di hari esok?

Sabtu, 17 September 2011

Apakah Kita Benar-Benar Sendiri?

Bukan hal yang mudah untuk membiasakan diri menghadapi saat-saat dimana kita dipaksa untuk dapat menyesuaikan diri secara ektrim. Hal kecil yang terasa adalah ketika kita terbiasa makan bersama-sama dengan orang-orang terdekat kita, tetapi kemudian kita terpaksa (atau dipaksa oleh waktu) untuk makan sendiri, sangat jelaslah kita rasa bagaimana kita ini sendiri. Yah, itu baru hal kecil lho.. :)
Hmm.. Jadi teringat ketika pertama aku ke Bandung. Ketika di Solo aku sangat terbiasa hidup di dalam suasana rumah dan keluarga, aku harus ke Bandung dan harus hidup sendiri. Takut? Tentu saja. Sedikit juga ada kontribusi ketakutan bahwa aku harus dapat menyesuaikan diri untuk beradaptasi dengan hidup yang baru, lingkungan yang baru, dan tentu saja kesendirian. Tapi, ketika kita melihat sekarang, toh semuanya dapat dijalani dengan baik. Seperti beberapa waktu yang lalu ketika aku diingatkan oleh seseorang bahwa perubahan terbesar telah aku dapat ketika aku menginjakkan kaki di Bandung ini. Perubahan ketika datang aku sendiri dan saat ini aku banyak mendapat sahabat-sahabat terbaik dalam hidupku. Yup. Ketakutan pada mulanya pun dapat diubah menjadi sesuatu yang luar biasa.
Satu hal yang kupercaya ketika aku mengalami awal-awal kesendirianku adalah aku tidak sendiri. Dialah yang terbesar selalu menemaniku, bahkan dalam kesendirianku. Sendiri bukanlah suatu kondisi, namun suatu pilihan.