Rabu, 24 November 2010

Melati di Ujung Makna

pernah aku melihat penderitaan
ketika datang, aku tak tahu dimana kebahagiaan
apakah kebahagiaan itu hanya janji
janji dari dalam perut bumi

hai angin
beritakan padaku
sebuah kisah tentang kedamaian
meskipun sedikit, barangkali aku perlu untuk mendengarnya

ketika aku berpikir
ketika aku berkata
ketika aku berlaku
dan semuanya itu tidak menjadi satu, apakah itu kemunafikan

dalam sendiri aku tertawa
dalam sendiripun aku menikmatinya
apakah aku ini adalah aku
yang hidup tanpa yang lain

berikan aku jawaban dari surga
tentang arti di dalam makna
yang memberi aku kehidupan
tanpa sedikit waktu untuk berpaling

melati tetaplah akan mekar
jangan berubah harum mu
tanpa hias, asa, dan bersama
selalu rindumu

Bubur Ayam, Adakah yang Salah dengan Kondisi Ini?

Flu macam malam ini sudah beberapa hari bersarang di dalam hidungku. Kalau sudah badan brasa ga enak begini, aku jadi kangen sama bubur di sudirman. Entah mengapa, kalau sudah makan disana, perasaan jadi lebih baekan ni sakit. Mungkin ini mirip sama sugesti kalo kita ke dokter. Hehehe..
Dua malam berturut-turut aku ke tempat bubur ayam itu tapi jodoh tak kunjung tiba. Hari pertama, aku telat dateng. Si penjualnya udah pulang (secara datengnya juga jam 10.edan!!). Hari kedua, pas banget nyampe sana langsung dibilang sama tukang jualnya "dah habis aak". Damn, ga tau apa aku lagi butuh sugesti biar sehat. Wkwk.. Akhirnya hari ini, sengaja, aku dateng jam 7 malem. Mau hujan menerpa, pokoknya malem ini harus makan bubur (ngidam critanya). And akhirnya, makan juga aku disana plus dibungkus satu plus jeruk murni 2 gelas. Lengkaplah sudah ngidam beberapa hari ini. Semoga sugesti ini bikin cepet baekan (kemaren2 marahan sama flu.haha..)

Kususuri jalan gelap belakang stasiun. Iseng, kubelokan motorku ke kanan. Kulalui jalan ABC di malam hari. Sekedar melihat jalan yang sudah lama tak kulalui (dulu sering banget makan ke c'mar.hehe..). Tapi jalan ini masih sepi dari 'pemandangan malam'nya. Entah karena masih hujan atau waktu yang masih kurang malam. Akhirnya kuputuskan pulang..

Bubur ayam ini sudah ada di depan mataku. Kusantap pelan-pelan sambil kunyalakan tv. Tepat di depan layar kacaku, kulihat sedang ada acara diskusi antara lembaga (entah, lupa aku) independen tenaga kerja dengan anggota dpr yang berbincang diantara keluarga dan penduduk di rumah salah satu tenaga kerja wanita yang belum lama ini dibunuh di arab sana. Terlihat mereka berdua berdebat diantara warga yang sedang sedih. Berdua mereka ngotot-ngototan mengenai peraturan tenaga kerja. Sementara mereka berdebat, terlihat penduduk yang ga tau apa-apa tentang peraturan hanya plonga-plongo. Tolong dulu.. Ada tempat dimana kita berdebat, bapak-bapak ibu-ibu.. Memang rakyat harus tahu apa yang dipersoalkan, tapi bukan dengan cara berdebat di waktu dan tempat yang tak tepat.

Teringat aku akan percakapan tadi sore dengan salah satu adek tingkatku mengenai sistem organisasi. Jarang aku datang ke himpunan yang dulu sering kusantroni, tapi saat tadi tiba-tiba hujan datang, aku berteduh, dan terjadilah percakapan itu. Aku teringat percakapan sore tadi mengenai sistem yang sedang terjadi di himpunan. Aku pikir sistem itu adalah yang terjadi sekarang. Mengenai ada rancangan sistem atau tidak, kujawab ada. Tetapi selama rancangan itu tidak dijalankan, tentunya hanya akan menjadi rancangan, tidak akan menjadi sebuah sistem. Dan ketika ada sebuah rancangan yang telah dirancang sebagus mungkin tetapi tidak dilaksanakan, dan sistem yang sedang berjalan sekarang ini kacau (tidak sesuai dengan apa yang seharusnya), maka tidak akan ada gunanya sistem tersebut dan otak-otak para pembikin rancangan itu. Dan ketika manusia-manusia yang berada di dalam sistem yang ada sekarang tidak menyadari bahwa ada yang salah (mungkin sekedar merasa ada yang salah tetapi tidak sadar akan kesalahan sistem), maka sistem itu akan tetap berjalan terus. Salahkah itu?

Diskusi di televisi ini mengingatkanku tentang sistem, rancangan sistem dan pelakunya. Salahkah ketika aku bilang tidak ada sistem yang jelas di negara ini? Atau hanya aku yang terkungkung dalam pikiranku sendiri hingga melihat segalanya kacau di negeri ini? Terkadang aku ingin bertanya kepada orang-orang di ujung sana, apakah kita punya rancangan sistem untuk kondisi ini lebih baik? Tidak masalahkah kita berada dalam kondisi kacau seperti ini?

Kalau sistem salah, kita perbaiki sistemnya. Kalau tidak ada rancangannya, kita rancang bersama. Kalau rancangannya belum terlaksana, kita laksanakan. Jangan kondisi ini yang kacau, lalu kita hanya menumbalkan 'korban' sistem yang ada. Kembali aku teringat pada tenaga kerja Indonesia (yang lagi hot diperdebatkan) dan 'pemandangan malam' tadi, haruskah kalian menjadi korban dari suatu kekacauan negeri ini?

Kepada siapa aku harus bertanya tentang semua ini?
Hanya ada waktu merenung bersama bubur ayam ini..
**Lanjut lagi makan buburnya.. (meskipun jadi berasa lebih berat) :)