Kamis, 02 Agustus 2012

Jika Seandainya Kebetulan Itu Ada, Pasti Tetap Ada Maksud Dibaliknya

Kau tahu bagaimana perasaan seseorang ketika sudah lama tak bertemu dengan orang yang sangat dikaguminya? Bagaimana besarnya keinginan seseorang itu menatap wajahnya dan mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya?

Satu hal yang kuingat bertahun-tahun ketika setiap kata yang terucap darinya selalu membuatku terpana dan tersadarkan dengan segera. Sadar akan apa yang sedang kuhadapi dan harus kulakukan. Sosok yang telah lama tidak kutemui di bangku gereja ini seakan kembali hadir di Minggu sore ini. Meski sore ini sepertinya menjadi sore yang sangat sibuk dan banyak alasan keengganan yang bergelayut untuk mencegahku hadir dalam gedung sakral ini, seperti minggu-minggu sebelumnya, namun kali ini tetap saja langkah kakiku tetap berpacu dan membawaku hadir dalam ruangan gereja ini...

Kali ini kursi paling ujung di ruangan ini menjadi temanku. Dialah yang satu-satunya kosong, seakan menunggu kehadiranku yang sering melupakannya. Aku duduk tepat ketika sosok itu berdiri di mimbar yang sangat jauh dariku. Aku langsung mengenalinya dari paras dan tubuhnya yang semakin menua, yang seakan membuatnya semakin berkuasa atas tempatnya berdiri. Ya, saat inilah kurasakan kantuk yang menghampiriku semenjak beberapa jam yang lalu berubah menjadi perasaan rindu yang terobati. Aku bertemu dengannya setelah sekian lama.

Seketika aku terdiam ketika dia mulai mengucapkan kata demi kata. Diam, karena dalam hening itu aku dapat bersiap untuk menerima setiap katanya, setiap arti di dalamnya dan setiap maksudnya. Karena ketika dia berbicara, kursi yang berjarak paling jauh dari mimbar tempat dia berdiripun seakan tiada artinya, seakan kau berdiri dihadapannya, muka bertemu muka, mata bertemu mata.

'Hai! Kita bukan orang yang mencari jatidiri, jatidiri kita jelas! Kita anak Allah! Jadi lakukanlah segalanya sesuai dengan jatidiri kita itu! Kau punya kejujuran, integritas, lakukanlah itu!'
'Kau hidup dengan iman! Iman seperti apa!? Kau percaya, pikullah salib! Dan tempat dimana Tuhan beri kita talenta adalah tempat yang paling penuh cobaan. Itulah iman!'
'Ketika kau dipanggil dan ditempatkan, terkadang kau tidak akan menjadi diri sendiri. Kau dibentuk seperti yang Tuhan mau.'
'Dimanapun kau berada, kau tidak akan ada artinya ketika kau tidak melayani dan menomorsatukan Tuhan'

Ya. Siapapun pasti terguncang ketika kau mendapat jawaban atas segala pertanyaan yang kau ucapkan dalam kesendirianmu.
Kuhampiri dia ketika kebaktian selesai. Kujabat erat tangannya dan terbalaskan bak sepasang sahabat. Dalam bincang-bincang singkat itupun, kuutarakan sedikit rencana di benakku. Dan sekali lagi jawaban sekaligus pesan darinya membuatku semakin terguncang. 'Ya, belajarlah kau dengan benar, jangan lakukan karena gengsi.'

Dalam pelarian pulangku, kusimpan kalimat-kalimat yang disampaikannya dan mencoba memahami maksudnya lebih lagi. Inikah yang disebut dengan dua jam yang kebetulan? Kebetulan-kebetulan yang kebetulan? Aku percaya kebetulan itu tidak ada. Karena jikalau kebetulan itu ada, aku tetap mendapatkan apa yang aku cari.


*thanks to ev AR
*thanks to You that besides has brought him to me, You'd take me to You (again).