Sabtu, 07 Juli 2007

Orang Kaya vs Orang Miskin

Aku adalah orang kaya. Orang yang mempunyai barang berlebih. Dahulu aku miskin. Pada masa mudaku, aku telah mendapat ilmu dan pengalaman dari para orang yang lebih dahulu kaya sebelum aku. Dari para orang-orang tua itulah aku mendapatkan berbagai hal yang dapat kupelajari. Berbagai trik dan intrik yangdapat kugunakan dalam bisnisku. Berbagai nasehat. Berbagai pengalaman. Semuanya itu kudapat tidak dengan gratis. Meskipun sedikit tetapi tetap itu namanya tetap usaha kan. Minimal aku mengeluarkan usaha untuk mendekati dan banyak bergaul dengan mereka. Menghabiskan waktuku bersama mereka. Melihat dan mengamati berbagai-bagai bisnis mereka. Dari situ pulalah aku mendapatkan itu semua. Bahkan terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui berbagai masalah dan timbul. Dan ketika aku memualai usahaku sendiri, bisa dipastikan aku telah lihai dalam berbisnis. Orang-orang semakin memandangku. Orang-orang semakin memujaku. Melihatku sebagai sosok yang sukses. Kaya raya. Meskipun tidak sedikit pula orang yang mencibirku. Men-cap-ku sebagai bentukan tangan-tangan orang kaya sebelumku. Tapi, peduli setan lah. Aku memandangnya hanya sebagai peluang yang dapat aku manfaatkan sebaik-baiknya. Aku merasa jalan yang selama ini kutempuh telah benar. Dan kepada manusia-manusia itu, aku hanya berpikir bahwa mereka telah memilih jalan lain untuk menuju ke-sukses-an. Tentunya ke-sukses-an menurut pikiran mereka masing-masing. Tidak ada yang salah dengan ke-kaya-an ku. Damainya hidup.


Aku adalah orang miskin. Miskin bukan karena kutukan. Juga bukan karena musibah. Miskin hanya karena keadaanku dan jalan yang telah kupilih. Aku tidak ingin seperti manusia-manusia yang kaya bukan karena hasil jerih payah mereka sendiri. Kaya turunan. Yang mendapatkan segalanya hanya dari kemampuan mereka yang se-level seorang pelacur. Seorang pelacur yang mendapatkan pelanggannya hanya bermodal tubuhnya yang seksi, pakaian yang minim serta sedikit rayuan-rayuan gombal. Aku ingin hidup bersih. Aku ingin hidup benar. Aku imempunyai waktu dan kesempatan yang sama dengan orang lain. Tetapi takkan pernah kuhabiskan masa mudaku untuk bermanis-manis di depan tua-tua ku. Aku bekerja demi diriku. Aku mempunyai tujuan. Untuk kaya. Dan dengan jalan yang harus kupilih. Dan itu bukan sesuatu hal yang salah. Tentunya aku harus bekerja lebih keras lagi untuk menjadi kaya. Itu resiko yang harus kutanggung. Meskipun jalan di depan terseok-seok. Dan tubuhku harus jatuh bangun. Semuanya tetap kunikmati. Itulah seni dalam berbisnis. Kadang aku berpikir, mengapa orang kaya itu tidak pernah mau mendengarkan pendapat dan nasehatku. Apakah karena aku miskin. Mengapa hanya ’dewa hidup’ mereka yang layak mereka dengarkan. Dari hal kecil aku dapat belajar hal besar. Mengapa orang kaya tidak dapat melakukan.

Tidak ada komentar: