Kamis, 31 Desember 2015

Aku Ingin Tidur

Bukan yang pertama perasaan sepi ini datang. Bahkan, yang kuingat, beberapa tahun belakangan ini sudah seringkali hadir. Tepat tahun lalu seperti menjadi salah satu piuncak tertingginya, bahkan hingga mnembuat terngiang-ngiang jelas perasaan itu di ingatanku. Perasaan sepi ketika sedang musim dingin di negara orang dimana terang hanya muncul kurang dari 8 jam dan itupun seringkali suram. Terlebih saat itu sedang mengerjakan tesis, ngejar deadline di awal tahun, sementara banyak orang sedang menikmati liburannya dan tak banyak yang bisa kau temui. Lengkap sudah itu menjadi salah satu ingatan terburuk saat menimba ilmu kala itu.

Hadirnya kali ini dalam bentuk yang lain, meski tetap saja tampak jelas apa yang dia bawa. Tetap, kesendirrian. Boleh dikatakan sudah sepertiga hidup kujalani dengan sendiri, tanpa ada keluarga. Hidup menjalani hari dan pulang kembali masuk ke kamar kecil untuk kemudian berlanjut menikmati sepimu itu. Meski memang ada banyak sahabat yang mengisi ruangmu, namun kembali ke rumah dan bersama keluarga memang selalu menjadi kenikmatan yang tak ada duanya. Kau harus selalu senang kembali ke rumah.

Kukira dulu memang aku diciptakan sebagai penyendiri yang menikmati sepi dan kesendirian, namun tampaknya tidak. Apa yang kau cari memang harus kau perjuangkan. Ketika kau mendapatkan mimpi dan berjuang untuk mendapatkannya bukan berarti kau harus berjuang dengan kesendirian. Sempat terlintas bahwa jalan selibat akan menuntunku mendapatkan mimpi itu, namun nyatanya bukan itu yang dimau. Mimpi besarmu terkadang terlalu tinggi untuk kau daki sendirian. Perjuanganmu bukan hanya soal ketika kau melipat kedua tanganmu dan berseru, namun juga ketika kau berpegang tangan satu sama lain dan melihat Semesta hadir di dalamnya. Karena ketika dua atau tiga orang berkumpul, Dia kan hadir ditengah-tengahnya. Jelas, ini bukan berbicara mengenai jalan sendiri yang pernah terlintas.

Aku berharap bahwa kali ini aku dapat tidur. Aku ingin tidur dalam tenang supaya dapat dengan hati-hati rusukku terambil. Supaya dapat dengan penuh kelembutan pula terbentuk tulang itu untuk dapat kembali menjadi bagian dari diriku dalam wujud yang serupa denganku. Supaya, kemudian, kami dapat bermimpi bersama, berjuang bersama, berlutut bersama. Ya, kali ini itu pintaku. Bukan karena lelah aku terbangun dan sendiri melihat bagaimana sekitar ini, namun karena aku ingin tidur tenang supaya dapat kembali bangun dan melihat sekitar dengan lebih kuat lagi. Aku ingin tidur.

Tidak ada komentar: