Sabtu, 17 September 2011

Apakah Kita Benar-Benar Sendiri?

Bukan hal yang mudah untuk membiasakan diri menghadapi saat-saat dimana kita dipaksa untuk dapat menyesuaikan diri secara ektrim. Hal kecil yang terasa adalah ketika kita terbiasa makan bersama-sama dengan orang-orang terdekat kita, tetapi kemudian kita terpaksa (atau dipaksa oleh waktu) untuk makan sendiri, sangat jelaslah kita rasa bagaimana kita ini sendiri. Yah, itu baru hal kecil lho.. :)
Hmm.. Jadi teringat ketika pertama aku ke Bandung. Ketika di Solo aku sangat terbiasa hidup di dalam suasana rumah dan keluarga, aku harus ke Bandung dan harus hidup sendiri. Takut? Tentu saja. Sedikit juga ada kontribusi ketakutan bahwa aku harus dapat menyesuaikan diri untuk beradaptasi dengan hidup yang baru, lingkungan yang baru, dan tentu saja kesendirian. Tapi, ketika kita melihat sekarang, toh semuanya dapat dijalani dengan baik. Seperti beberapa waktu yang lalu ketika aku diingatkan oleh seseorang bahwa perubahan terbesar telah aku dapat ketika aku menginjakkan kaki di Bandung ini. Perubahan ketika datang aku sendiri dan saat ini aku banyak mendapat sahabat-sahabat terbaik dalam hidupku. Yup. Ketakutan pada mulanya pun dapat diubah menjadi sesuatu yang luar biasa.
Satu hal yang kupercaya ketika aku mengalami awal-awal kesendirianku adalah aku tidak sendiri. Dialah yang terbesar selalu menemaniku, bahkan dalam kesendirianku. Sendiri bukanlah suatu kondisi, namun suatu pilihan.

Tidak ada komentar: