Minggu, 29 November 2009

cerita om Tim

Aku punya cerita. Cerita tentang seorang pria muda yang kupanggil om Tim. Perkenalan dengan om Tim bermula saat aku berada di suatu taman kota di jalan terkenal kota ini. Seorang pria muda tiba-tiba mendekatiku saat aku tengah sendiri menikmati dinginnya malam itu. Tak lama berselang, obrolan kami kian akrab layaknya seorang sahabat lama yang bertemu kembali.

Ada satu cerita om Tim yang masih ku ingat sampai sekarang.

Suatu pagi yang cerah, om Tim sedang berjalan-jalan di keramaian kota. Tiba-tiba terdengar suara minta tolong. Ternyata ada satu wanita yang dicopet. Dengan sigapnya, om Tim mengejar si copet itu. Memasuki gang sempit, si copet merasa terdesak dan melepaskan dompet yang ada di genggamannya. Segera om Tim mengambil dompet itu sementara si copet segera kabur tanpa jejak. Menyusul dibelakang om Tim, wanita tersebut bersama dengan warga datang menghampiri om Tim. Om Tim menyerahkan dompet yang telah dipungutnya ke wanita tersebut. Tetapi apa yang terjadi sangat tidak diduga sebelumnya, warga yang berdatangan malah menuduh om Tim sebagai pencopet. Meskipun telah berusaha menerangkan duduk kejadian dan membela diri, namun tetap saja warga membawa om Tim ke kantor polisi. Di kantor polisi, om Tim diperiksa sebagai tuduhan atas pencopetan, tetapi om Tim tetap membela diri atas tuduhan yang tidak pernah dia lakukan. Untungnya, sang wanita yang dicopet kemudian menerangkan duduk permasalahan dan melihat wajah sang pencopet, yang berbeda sama sekali dengan om Tim. Terbebaslah om Tim dari tuduhan yang dilimpahkan padanya.

Beberapa bulan yang lalu, om Tim akhirnya bertunangan dengan seorang gadis yang telah menjadi pacarnya selama dua tahun. Gadis tersebut berasal dari keluarga yang terpandang di kota ini. Tanggal pernikahan pun telah ditetapkan oleh kedua belah pihak keluarga. Dua minggu sebelum pernikahan, pihak keluarga tunangan om Tim mengetahui kalau om Tim pernah dipenjara karena terlibat urusan kepolisian atas tuduhan pencopetan. Merasa kejadian tersebut dapat mencoreng reputasi keluarga sang gadis, secara sepihak, keluarga sang gadis membatalkan acara pernikahan mereka. Meskipun om Tim telah menjelaskan kejadian yang sebenarnya, tetapi keluarga sang gadis tetap tidak mau terima atas apa yang telah terjadi dan tetap membatalkan acara pernikahannya. Kemudian, sang gadis dijodohkan dengan pria lain. Dan hari itu merupakan hari pernikahan sang gadis bersama pria lain pilihan keluarga sang gadis tersebut..


Bahkan ketika kita telah mendapat buku untuk dibaca dan pensil untuk menulis; kita tetap akan lebih percaya atas omongan manusia yang tidak beralasan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

waduh, sedih juga pak [a].

mmg lidah tak bertulang, dn ironisny, mayoritas lebih percaya pd ap yg keluar dr ssuatu yg tak bertulang itu.

sedih pak.