Senin, 02 Maret 2015

Arah

Buyar sedikit lamunanku ketika para pemusik memainkan iramanya di dalam strasse-bahn. Irama yang membuatku mau tak mau sedikit merasakan keriangan yang memang membuat setiap hati bergejolak ketika mendengarnya...

Oh when the saints go marching in
When the saints go marching in
O Lord, I want to be in that number
When the Saints go marching in

Peristiwa kemarin memang membuatku cukup mengejutkan. Hingga saat ini aku masih merasakan seolah-olah semua yang terjadi itu hanya mimpi. Tampaknya aku terlalu mengekspresikannya dengan sangat emosionil. Entah mengapa, mungkin karena memang perasaan yang menjadi sasaran, bukan logika. Kali ini, umur dan masa lalu seolah tak membekas dan terhilang entah kemana. Aku seolah menjadi sosok remaja di Alchemist yang sedang merasakan hembusan angin sorga, jiwa dari Semesta. Seolah hilang jiwa ini mendengar perubahan sikap yang sangat tiba-tiba.

Meninggalkan satu stasiun pusat kota yang hingar bingar, lagu itu pun terbawa pada beberapa baitnya yang penuh gejolak hati akibat kondisi ketidakadilan pada waktu itu. Seolah ingin menggambarkan adanya nuansa protes dalam irama riang, aku pun terjebak dalam nuansa yang sama. Aku tidak percaya bahwa apa yang kuperoleh dalam beberapa hari terakhir akan berujung seperti ini. Aku merasa bodoh.

Ketika yang kau percaya selama ini runtuh maka kau takkan bisa membangunnya kembali dalam sekejap. Kupikir ketika rencana yang diberikan kepadaku telah kujalankan dengan baik dan ketika dahulu kutahu akan bagaimana ending-nya, maka aku sangat yakin bahwa aku harus menjalani perjalanan dan garis akhirnya sesuai dengan apa yang 'kudapat'. Dan ketika seluruh perjalanan sudah kulalui, tikungan terakhir mengatakan bahwa garis akhir yang harus kujalani adalah berbeda dengan rencana semula maka itu cukup mengagetkanku. Tak ada yang sanggup untuk memastikan bahwa tikungan akhir itu benar-benar berubah atau tidak.

Yang kutahu saat ini adalah aku tetaptak berubah di dalam Semesta ini. Setiap rancangan yang kususun bukanlah mengenai aku lagi dan bagaimana hasil akhir harus kugapai, namun semua tentang bagaimana Semesta bekerja dan bagaimana perjalanan kulalui dengan semestinya. Kalau segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku, mengapa aku mesti takut. Tugasku hanya berjalan dan menuju yang garis yang telah ditentukannya kelak. Mencari arah adalah mencari jawab atas segala pertanyaan yang diberikannya keadaku. Ketika pertanyaan diberikan pun sebenarnya arah itu sedang diberikannya pula.

"Kau pernah mengalaminya bersamaku, mengapa kau merasa ragu. Diamlah dan kau akan mengerti kemana kita akan bersama pergi".

Tidak ada komentar: