Aku, sang dewa malam, pernah berkata padamu bahwa kau tak harus berdoa kepadaku. Meskipun kau tetesan dari darahku dan potongan dari dagingku, kau tak harus ada bersamaku. Karena aku tahu apa arti dari kemandirian dan apa arti dari kesendirian. Karena kemandirian bukanlah kesamaan dari penderitaan, bukanlah hal yang serupa dengan kemanjaan. Dan kesendirian bukanlah suatu keantisosialan.
Hai, kau sang sahabatku! Pernah kau, dalam pintamu, inginkan satu waktu dari beribu jamanku. Kau inginkan secuil waktu dalam suatu tempat. Aku, sang dewa malam, hanya dapat berucap kata sepakat. Meski aku tahu kau takkan hadir dalam janjimu. Laku dan ucap yang berbeda takkan buatku heran dalam benak. Aku telah tahu sebelum waktu itu datang.
Tetap hadir aku dalam waktumu, meski akhirnya kau ambil apa yang telah kau ucap. Kau ketuk pintu dalam perenunganku, aku keluar dari gua peraduanku, tetapi kau tak datang dalam katamu sendiri.
Hai, aku lah sang dewa malam. Takkan pernah hilang dalam waktuku. Sesal pun tak akan tembus relungku. Namun berhati-hatilah kau dalam laku dan ucapmu. Karena aku hanya seorang dewa malam, sang penguasa malam. Hanya malam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar