Udah semingguan terakhir ini, (lagi-lagi) tersiar kabar tentang klaim malaysia terhadap tari Pendet. Dari dulu (klaim terhadap lagu Rasa Sayange, wayang, batik, reog, dll) aku ga pernah tanggapin. Tapi kali ini, kalo dibiarin terus lama kelamaan eneg juga dengernya.
Aku bukan mau komen tentang malay. Udah tau sam tau lah kita semua kelakuan orang itu kaya mana. Tapi aku cuma mau sedikit ngeliat tentang kita sendiri. Beberapa hari yang lalu, kalo ga salah pas Dirgahayu RI, Mensesneg kita (Bpk. Hatta Rajasa) diwawancara oleh stasiun televisi tentang klaim tari Pendet oleh malay. Beliau sempat berujar, "Sudahlah.. Yang kaya gitu ga usah ditanggepin" (persis kata2 nya gw rada lupa). Emang sih, aku juga rada males ngliat tingkah malay yang kaya gitu, Pak. Tapi bukan kata2 seperti itu yang harus keluar dari mulut tiap2 orang di Indonesia. Apalagi kapasitas bpk sebagai menteri sekaligus public figure. Kau jahat, Pak, terhadap kondisi dimana budaya kita di akui oleh pihak lain. Kita sama-sama lahir dari kampus yang berbudaya, sudah sepantasnya kita yang harus bela budaya kita. Semoga kata-kata bpk yang terucap hanya kata-kata yang khilaf. Kita akan bela bersama, Pak..
Berita terbaru, Presiden dan Menbudpar, Jero Wacik, sudah melayangkan teguran keras terhadap malaysia. Salut. Mendirikan MGG di ITB (unit Bali di ITB) sama halnya pelestarian budaya, Pak Jero Wacik. Dan itu sama hal nya dengan pembelaan terhadap kemerdekaan, yang di bulan ini selalu kita ucapkan.
Semoga kita semakin sadar untuk memajukan budaya kita, terlepas ada-tidaknya klaim dari negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar